Rabu, 05 Oktober 2011

KENAPA KOPERASI DI INDONESIA MATI SURI

NAMA  : ATIKA RETNO WULAN
KELAS  : 2EB21
NPM     : 21210211


JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan menargetkan, jumlah koperasi tak aktif yang kini jumlahnya mencapai 25 persen dari total koperasi di Indonesia sebanyak 187.000 unit akan tinggal menjadi 5 persen pada 2014.

"Saat ini dari 187.000 koperasi di Indonesia masih sebanyak 25 persen mati suri, ini tanggung jawab bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM bersama Dekopin," kata Menteri Koperasi dan UKM, Sjarifuddin Hasan, malam ini.

Ia mengatakan, untuk menekan jumlah koperasi mati suri harus diupayakan pengaktifannya kembali minimal 5-7 persen per tahun.

Dengan demikian, pihaknya berharap pada 2014 mendatang, jumlah koperasi mati suri bisa ditekan menjadi hanya 5 persen dari seluruh koperasi yang ada di Tanah Air.

"Kalau ini tidak bisa kita wujudkan, rapor merah ada di depan mata," katanya.

Menteri juga berharap pada 2012, akan ada koperasi Indonesia yang masuk dalam list 300 koperasi terbesar dunia. Pihaknya telah membentuk tim khusus untuk mengkategorisasi prasyarat koperasi agar bisa masuk dalam list bergengsi itu.

Ia mencontohkan beberapa koperasi di Indonesia yang bisa diusulkan di antaranya Koperasi Karyawan Semen Gresik, Koperasi Nasari, Kospin Jasa, atau Kopdit Credit Union di Kalimantan yang memiliki aset mencapai Rp9 triliun.

Selain Menteri Koperasi dan UKM RI, peresmian UKM Center yang pertama di luar pulau Jawa itu juga tampak dihadiri sejumlah pejabat penting daerah seperti Gubernur Sumsel, Manager Telkom Indonesia Palembang, Pimpinan BI Palembang, Pimpinan Bank Sumsel Babel dan unsur Muspida.
“Jumlah koperasi mati suri Sumsel cukup baik yah karna masih di bawah jumlah nasional 25%. Ini kita dorong terus, agar tahun 2014 tidak ada lagi koperasi yang mati suri,” ujar DR. Syaefudin Hasan.
Menurut dia jumlah koperasi mati suri di Sumsel sebanyak 20% dari total koperasi yang terdaftar 4300 unit masih cukup membanggakan. Karena saat ini secara nasional total koperasi mati suri di Indonesia justru lebih tinggi mencapai 25% dari total 177.483 unit. Selain karena keterbatasan modal, koperasi mati suri ini kata dia juga banyak dipicu kurangnya akses pemasaran.
Hal ini sangat disayangkan mengingat koperasi merupakan lembaga keuangan dan organisasi yang paling ampuh menurunkan tingkat kemiskinan serta membangun perekonomian nasional. “Paradigma lama koperasi jangan dipakai lagi tapi harus diubah. Karena potensi koperasi luar biasa. Jangan hanya ketika terpuruk saja baru ingat koperasi,” tegasnya.
Saat ini jelas Syarifudin, kontribusi koperasi patut didukung karena memberikan sumbangan hingga 50% bagi pembangunan. Kalau saja kekuatan ini dapat diidentifikasi tentu pemahaman tentang koperasi juga akan berubah. Salah satu caranya dengan merevitalisasi koperasi menuju bisnis-bisnis ke level yang lebih tinggi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar